Minggu, 02 Juni 2013

RESENSI


Judul Buku                              : Habibie & Ainun
Pengarang                               : Bacharuddin Jusuf Habibie
Penerbit                                   : PT THC Mandiri
Isi                                            : xii + 323 halaman
Cetakan                                   : Pertama (30 November 2010)
Keunggulan Buku Tersebut    :                                      

  1.  Cerita tersebut diangkat dari cerita sungguhan sehingga sangat menyentuh, para pembaca dapat membayangkan Pak Habibie berbicara dan bercerita dan menumbuhkan rasa nasionalisme. 
  2. Tidak hanya persoalan cinta. 
  3. Buku ini sangat mencerminkan sosok seorang Prof. Dr.-Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie.

Kelemahan Buku Tersebut     

  1. Karena buku ini menggambarkan Pak Habibie yang sedang becerita, kalimat-kalimat yang ada dalam paragraf buku ini sering terasa membingungkan. 
  2. Dalam buku ini masih terdapat banyak kata-kata yang kurang, salah, atau kata yang ditulis berulang-ulang. Sebut saja kata ‘dimensi’ yang ditulis ‘demenasi’, ‘persegi’ ditulis ‘pesegi’, ‘presiden’ ditulis ‘presdien’, serta tidak konsistennya pemilihan kata antara ‘saya’ dan ‘aku’ di dalam satu kalimat

Sinopsis / Ringkasan              

Buku ini menceritakan secara lengkap tentang kisah hidup dan perjuangan bahtera rumah tangga B.J Habibie bersama Ainun dari awal jumpa hingga ibu Ainun akhirnya berada dalam dimensi lain. Dimulai dengan bertemunya kembali Habibie dengan Ainun di kediaman keluarga Besari (Keluarga Ainun) setelah hampir 7 tahun tidak bertemu. Pertemuan malam Idul Fitri itu menyisakan kenangan rindu bagi Habibie muda akan pandangan mata menyejukkan yang diberikan oleh Ainun muda kala itu. Proses pertunangan dan pernikahan mereka berlangsung begitu cepat, namun dilakukan dengan kepastian jiwa dan kekuatan cinta yang murni, sejati, sempurna dan abadi serta keyakinan bahwa Allah SWT selalu akan menemani, meyakinkan keduanya yakin untuk bersama-sama mengarungi bahtera rumah tangga di rantau (Jerman) mengingat masa cuti Habibie hanya 3 bulan dan akan segera habis.

Setibanya di Jerman berbekal 2 koper berdua, disanalah perjuangan mereka dimulai. Sebuah kisah inspiratif yang patut dijadikan contoh sebuah keluarga sakinah, mawadah, warahmah. Ibu Ainun sangat mendukung pekerjaan dan tugas Bapak Habibie dengan tanpa mengeluh selalu mencoba melakukan tugas dan kegiatannya dengan sebaiknya tanpa mengganggu konsentrasi perhatian dan pekerjaan Habibie. Memberikan masukan intelektual dan petimbangan juga saran yang saling mendukung satu sama lain. Selalu menjaga dan mengontrol kesehatan Habibie dengan menyediakan makanan sehat juga senyum menawan yang selalu dirindukan Habibie. Sebaliknya Habibie juga selalu melibatkan Ainun dalam setiap kegiatannya menceretikan dan meminta pertimbangan istrinya untuk setiap keputusan yang akan diambil. Benar-benar perpaduan yang harmonis indah, romantis atas dasar cinta.

Dibagian tengah cerita, sebuah kesadaran pun ingin ditularkan oleh penulis kepada pembacanya. Bahwasannya semangat nasionalisme haruslah selalu dipupuk dan dikembangkan dalam setiap jiwa insan bangsa Indonesia. Nampak pula peran maksimal seorang istri bagi Habibie dalam semua aktivitas barunya. Seorang tokoh tekhnologi yang menjadi tokoh politik, presiden ketiga Republik Indonesia. Oleh sebab itu sangatlah pantas jika dalam pidatonya dalam setiap kesempatan sering Habibie menyampaikan di balik sukses seorang tokoh, tersembunyi peran dua perempuan yaitu ibu dan istrinya.

Di akhir cerita tergambar jelas keterikatan Habibie Ainun satu sama lainnya. Keduanya saling mendoakan yang terbaik bagi masing-masing. Ada kejadian yang sangat menyentuh yaitu saat Ibu Ainun di ICCU, Pak Habibie yang telah menjadi kebiasaan pukul 10 pagi selalu tiba di ICCU pada hari itu harus terlambat datang karena dilarang masuk sebab dokter sedang melakukan operasi mendadak. Ketika Habibie akhirnya masuk 2 jam kemudian, didapatinya Ainun sedang menangis karena khawatir dengan keadaan Habibie. Keduanya saling memperhatikan kondisi satu sama lain, meskipun dalam keadaan sehat ataupun sakit. Habibie menuliskan doa untuk Ainun saat mereka benar-benar harus berpisah.